Industri
pengolahan susu melibatkan bahan baku susu murni menjadi produk konsumen
seperti susu, mentega, keju, yoghurt, susu kental, susu kering (susu bubuk),
dan es krim, menggunakan proses seperti chilling (pendinginan), pasteurisasi,
dan homogenisasi. Produk-produk khusus termasuk buttermilk, whey, dan
turunannya.
Limbah
susu mengandung gula terlarut dan protein, lemak, dan mungkin residu dari
aditif. Parameter –parameter penting yang harus diperhatikan dalam dairy industry
adalah:
a.
BOD dengan rata-rata berkisar 0,8-2,5 kilogram per metrik ton (kg/t) susu dalam
limbah yang belum ditreatment
b.
COD yang biasanya sekitar 1,5 kali kadar BOD
c.
Total padatan tersuspensi di 100-1,000 miligram per liter (mg/l)
d.
Total padatan terlarut fosfor (10-100 mg/l), dan nitrogen (sekitar 6% dari
tingkat BOD).
Produksi
krim, mentega, keju, dan whey adalah sumber utama dari BOD dalam air limbah.
Pada umumnya, beban limbah dari konstituen susu adalah sebagai berikut : 1 kg
lemak susu setara dengan 3 kg COD ; 1 kg laktosa setara dengan 1,13 kg COD; dan
1 kg protein setara dengan 1,36 COD kg. Air limbah dapat mengandung zat patogen
dari bahan yang terkontaminasi atau proses produksi. Susu sering menghasilkan
bau dan debu (dalam beberapa kasus) yang perlu dikontrol. Sebagian besar limbah
padat dapat diolah menjadi produk lain dan produk sampingan
Pencegahan
dan Pengendalian Pencemaran
Praktek
pencegahan pencemaran baik di industri susu meliputi:
•
Pengurangan produksi berlebihan oleh kontrol produksi yang lebih baik.
•
Penggunaan kemasan sekali pakai, bukan botol yang sulit didaur ulang.
•
Pengumpulan produk limbah untuk pembuatan pakan ternak
•
Optimalisasi penggunaan air dan bahan kimia pembersih, resirkulasi air
pendingin.
•
Pemisahan limbah dari instalasi sistem sanitasi, pengolahan, dan pendinginan
(termasuk kondensasi); ini memfasilitasi daur ulang air limbah.
•
Gunakan kondensat untuk membersihkan, jangan air bersih.
•
Hemat energi dengan menggunakan heat exchanger untuk pendinginan dan
kondensasi.
•
Penggunaan tekanan tinggi nozel untuk meminimalkan penggunaan air.
•
Menghindari penggunaan fosfor sebagai agen pembersih.
Pemeriksaan
sampel secara terus menerus dan mengukur parameter penting daalam proses
produksi memungkinkan kelebihan produksi dapat teridentifikasi dan dikurangi,
sehingga mengurangi beban limbah. Masalah bau masalah biasanya dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan dengan baik dan melakukan penyimpanan yang benar.
Sasaran
Beban Pencemaran
Karena
polutan yang dihasilkan oleh industri menimbulkan kerugian sangat besar dalam
produksi, disarankan meningkatkan efisiensi produksi untuk mengurangi beban
polutan.
Beban
air limbah biasanya 1-2 meter kubik per metrik ton (m3/t) susu olahan. Para
operator pabrik harus berusaha untuk mencapai tingkat 1 m3/t atau kurang dari
sistem pengolahan limbah cair. Tingkat BOD harus kurang dari 2,5 kg/t susu,
dengan target 1-1,5 kg/t. Tingkat BOD dari mentega dan produksi keju harus
kurang dari 2 kg/t produk.
Teknologi
Treatment
Pretreatment
efluen terdiri dari screening, pemerataan aliran, netralisasi, dan flotasi
udara (untuk menghilangkan lemak dan padatan), itu biasanya dilakukan dengan
treatment biologis. Jika ruang, tanah atau kolam perawatan sistem tersedia,
maka akan menjadi metode treatment yang sangat potensial. Sistem pengolahan
biologis lainnya dapat berupa trickling filter, kontaktor biologi berputar, dan
treatment lumpur aktif.
Limbah
susu yang belum ditreatment ada kemungkinan dapat dibuang langsung ke sistem
pembuangan kota, jika sesuai dengan persetujuan dari otoritas yang relevan.
Kontrol
bau dapat diatasi dengan pembuatan ventilasi dimana keju disimpan atau meleleh.
Untuk pengendalian debu di pabrik susu bubuk disediakan filter kain.
Emisi
Udara
Bau
kontrol (seperti absorber/biofilters pada sistem knalpot) harus dilaksanakan di
mana diperlukan untuk mencapai kualitas bau dapat diterima bagi warga di
dekatnya. Kain filter harus digunakan untuk mengontrol debu dari produksi susu
bubuk di bawah 50 miligram per meter kubik normal (mg/Nm3).Limbah Cair
Berikut
Tabel 1 di bawah ini berisi mengenai parameter yang memegang peranan penting
dalam kualitas limbah industri olahan susu.
Tabel
1. Kualitas Limbah Industri Susu
pH
memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan mikroba. Pengukuran tingkat keasaman
ini dapat mengunakan elektroda pH yang tahan terhadap kondisi limbah itu
sendiri
Penentuan
BOD dan COD sangat penting untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah yang
menuju ke perairan umum. Kandungan BOD dan COD perlu diketahui agar senyawa
organik dalam limbah air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang mudah
atau sukar didegradasi secara biologis . BOD dapat diukur dengan menggunakan
prinsip manometrik dan respirometrik. COD dapat diukur dengan menggunakan
metode spektrofotometri setelah mengalami pemanasan pada suhu dan waktu
tertentu.
Total
Suspended Solid (TSS) adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
pengukuran kualitas air. Penentuan padatan tersuspensi total perlu dilakukan
untuk mengetahui kandungan bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat
berdampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke
dalam air dan meningkatkan kekeruhan air yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
bagi organisme air. Penentuan kadar TSS dapat dilakukan dengan menggunakan
metode gravimetri, spektrofotometri, atau dengan TSS meter.
Lemak
dan minyak biasa ditemukan mengapung di permukaan air meskipun sebagian
terdapat di bawah permukaan air. Adanya minyak dan lemak di atas permukaan air
menghambat proses biologi dalam air sehingga proses fotosintesis sulit terjadi.
Penentuan kadar minyak dan lemak secara akurat dapat dilakukan dengan melakukan
ekstraksi atau dengan metode spektrofotometri.
Pengendalian
senyawa nitrogen dan fosfor penting dilakukan karena senyawa-senyawa tersebut
bersifat metabolistik. Keberadaan fosfor yang berlebihan disertai dengan
keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan algae di perairan
yang akhirnya membentuk lapisan di atas permukaan air yang dapat menghambat
penetrasi oksigen dan matahari sehingga akan mengganggu kehidupan biota air.
Penentuan kadar nitrogen dan fosfor dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri.
Suhu
mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan bakteri dalam limbah. Pengukuran suhu
dapat dilakukan dengan menggunakan termometer biasa.
Bakteri
coliform merupakan indikator mikroorganisme berbahaya di dalam air limbah. Pada
umumnya, penentuan banyaknya bakteri coliform dalam limbah dapat menggunakan
metode MPN.
Teknik
Penanganan Limbah Cair Industri Susu
Industri
pengolahan susu diharuskan melakukan pengolahan limbah sebelum limbah hasil
produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut dalam limbah
disaring melalui beberapa tahap penyaringan, selanjutnya disalurkan ke dalam
kolam penampungan. Pengolahan limbah ini akan
menghasilkan sludge atau lumpur susu yang diendapkan pada kolam
penampungan.
Teknik
pengolahan limbah susu pada umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan teknik
secara fisika, biologi dan kimia. Secara fisika meliputi equalisasi,
sedimentasi, filtrasi, flotasi dan penyaringan, secara kima meliputi koagulasi
dan flokulasi sedangkan secara biologi meliputi proses anaerob dan aerasi
lumpur aktif, hal ini didasarkan karena karakteristik limbah cair industri susu
itu sendiri. Pada tahap akhir pengolahan limbah susu dapat dilakukan
penyaringan air limbah menggunakan pasir yang berfungsi untuk menyaring
partikel halus dan penyaringan menggunakan arang aktif yang berfungsi untuk
menyerap bahan-bahan kimia yang tersisa.
Menurut
Muhamad fachrial, limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi pada PT.
Greenfields di Malang dialirkan menuju lagoonsebagai tempat IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami
proses screening/penyaringan kemudian dialirkan menuju inlet somp.
Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi dengan penambahan tawas 18 % di
dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan
mengalami koagulasi agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap.
Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar diperoleh nilai pH antara
6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v, sedangkan jika
pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v.
Setelah
keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch
Reactor). SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active
sludge) dan penambahan bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan
kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi 80 %, terjadi proses aerasi selama
16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri. Aerasi dilakukan
dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari,
sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum,
nutrisi ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi
selama 2-3 jam sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang
dihasilkan dari IPAL digunakan untuk flushing kandang sapi di
peternakan (Dairy Farm).
Sumber:
Economopoulos,
Alexander P. 1993. Assessment of Sources of Air, Water, and Land Pollution: A
Guide to Rapid Source Inventory Techniques and Their Use in Formulating
Environmental Control Strategies. Part 1: Rapid Inventory Techniques in
Environmental Pollution. WHO/PEP/GETNET/93.1-A. Geneva: World Health
Organization.
Robinson,
R. K. 1986. “Advances in Milk Products.” In Modern Dairy Technology, Vol. 2.
Amsterdam: Elsevier Applied Science Publishers.
World
Bank. 1996. “Pollution Prevention and Abatement: Dairy Industry.” Draft
Technical Background Document.
Environment Department, Washington, D.C.
1 komentar:
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler evapko STP wwtp dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com terima kasih
Posting Komentar