Industri
berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif menguntungkan, namun
demikian perlu diperhatikan pula beban pencemaran yang ditimbulkan bila tidak
dilaksanakan dengan baik. Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan
limbah cair sekitar 50% dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan
tandan kosong sebanyak 23% (Sutarta et al, 2000). Lubis dan Tobing (1989)
mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton
dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.
Palm
Oil Mill EffluenLimbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang
berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fiber
digunakan sebagai bahan bakar boiler atau coir mesh dan tandan kosong
dimanfaatkan kembali sebagai mulsa (pupuk bagi tanaman).
Pada
mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas
daya dukung (carrying capacity approach). Keterbatasan daya dukung
lingkungan secara alami dalam menetralisir pencemaran membuat strategi
pengelolaan pencemaran berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah yang
terbentuk (end of pipe treatment)
Limbah
cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang sudah ditetapkan dan tidak
dapat dibuang/diaplikasikan secara langsung karena akan berdampak pada
pencemaran lingkungan. Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol
untuk pembuangan limbah cair adalah angka biological oxygen demand (BOD). Angka
BOD berarti angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika air limbah
mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka oksigen yang ada di sungai
tersebut akan terhisap material organik tersebut sehingga makhluk hidup lainnya
akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka chemical oxygen deman (COD) adalah
angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi dioksidasi.
Fungsi dari pengolahan limbah (effluent treatment) adalah untuk menetralisir
parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum
diaplikasikan (land aplication). Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke
sungai adalah: BOD 3.500 hingga 3.000 mg/liter, Minyak dan lemak ≤ 600
mg/liter, dan pH ≥ 6.
Limbah
Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan hidrocyclon
atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan
sisa buangan yang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi memiliki
daya pencemaran yang tinggi karena kandungan organiknya dengan
nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar 45.000-65.000
mg/L (Chin et al.,1996). Limbah cair yang dihasilkan tersebut harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair melalui
sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.
Limbah
cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1.
Kolam Pendinginan C. Agar prosesLimbah cair pabrik kelapa sawit memiliki
temperatur 75-90oC
2.
Kolam Pengasaman Pada kolam pengasaman akan terjadi penurunan pH dan
pembentukan karbondioksida.
Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.
3.
Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan bakteri, bakteri
tersebut berfungsi untuk pembentukan
methane, karbondioksida dan kenaikan pH. Proses pembiakan bakteri hingga
limbah tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40 hari. (Kittikun
et al., 2000)
Secara
garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik Kelapa Sawit adalah sebagai
berikut:
Gambar
1.
Alur Proses Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Fat Pit
Limbah
dari PKS dialirkan masuk kedalamfat pit. Pada fat pit ini terjadi
pemanasan dengan menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini diperlukan untuk
memudahkan pemisahan minyak dengan sludge sebab pada fat pit ini
masih dimungkinkan untuk melakukan pengutipan minyak dengan menggunakanskimmer.
Cooling Pond
Selain
untuk mendinginkan limbah, cooling pond juga berfungsi untuk
mengendapkan sludge. Setelah dari cooling pond I limbah
kemudian masuk ke cooling pond II untuk dilakukan proses pendinginan
yang sama dengan cooling pond I. Limbah dari cooling
pond II kemudian dialirkan ke kolamanaerobic 1, 2, 3.
Kolam Anaerobic
Pada
kolam anaerobic ini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan
menggunakan bakteri metagonik yang telah ada di kolam. Unsur organik
yang terdapat dalam limbah cair digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses
mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pada
kolamanaerobic terjadi penurunan BOD dan kenaikan pH minimal
6. Ketebalan scumpada kolam anaerobic tidak boleh
> 25 cm, jika ketebalannya telah melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda
bahwa bakteri sudah kurang berfungsi.
Gambar
5. Kolam Aerobik
Maturity Pond
Setelah
dari kolam anaerobic, limbah masuk ke kolam maturity pond yang
berfungsi untuk pematangan limbah (serta kenaikan pH dan penurunan
BOD). Di maturity pondini terdapat pompa yang berfungsi
mensirkulasikan limbah kembali ke kolamanaerobic (ditunjukkan oleh garis
putus-putus pada flow process). Kegunaan sirkulasi adalah untuk
membantu menurunkan suhu dan menaikkan pH di kolam anaerobic 1, 2,
3.
Gambar
6. Kolam Pematangan
Kolam Aplikasi
Setelah
dari maturity pond limbah kemudian masuk ke kolam aplikasi yang
merupakan tempat pembuangan akhir limbah. Limbah yang terdapat pada
kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman kelapa sawit (land
application).
Ada
beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PKS setelah diolah di kolam
pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah dibuang ke badan sungai atau
diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit yang dikenal dengan land application.
Pembuangan limbah cair ke badan sungai bisa dilakukan dengan syarat telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh peraturan perundangan. Alternatif ini
mempunyai beberapa kelemahan diantaranya:
•
Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai (BOD
dibawah 100 ppm ), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan
teknologi yang tinggi di samping waktu retensi efluen yang panjang di
kolam-kolam pengelolaan.
•
Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun bagi perusahaan
•
Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat karena perusahaan dianggap
membuang limbahnya ke badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah tersebut
mempunyai BOD di bawah 100 ppm.
Model
alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan mengaplikasikan ke
areal pertanaman kelapa sawit (land application), sebagai sumber pupuk dan air
irigasi. Banyak lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak
mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin penting artinya
dewasa ini karena harga pupuk impor yang meningkat tajam serta kerap terjadinya
musim kemarau yang berkepanjangan.
Pemanfaatan
limbah cair PKS melalui land application telah menjadi hal yang rutin dilakukan
di perkebunan besar dengan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan produksi
kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar